Teman-temanya hanya bisa melihat kelakuannya yang terasa berbeda dari
biasanya. AC di ruangan kelasnya tak mampu menyejukkan suasana pagi
itu. Roni menjadi pusat perhatian saat ini. Seluruh temannya melihat dan
memperhatikan. Tampaknya mereka penasaran.
“Cepatlah ceritanya, Ron?” paksa seorang temannya yang sedang penasaran berat.
Satu demi satu suara bergerumpul dan menyatu menjadi tsunami bunyi yang keras.
“Stoppp!”
Ketua kelasnya menyela. Menghentikan gelombang bunyi yang dahsyat itu.
Tatkala itu, suasana menjadi hening. Wajah mereka terlihat tenang.
Tampaknya kehadiran Si ketua memberikan ruang untuk Roni beristirahat
dan mengambil nafas lagi. Mata mereka semua terlihat lapar dan tajam.
Roni mulai tenang. Sepertinya ia akan menjelaskan. Mengatakan apa yang
sebenarnya terjadi.
“sebenarnya… Aku…” Ia mengatakan nya perlahan dan terpotong potong
“Yaa…” respon kelasnya penasaran
“Aku…”
“Ya.. Terus…”
Roni lalu mengambil nafas panjang. dan
“Aku tidak sempat nonton drama korea tadi malam wey, padahal aku sudah
begadang menantikannya. Agar aku menjadi orang pertama yang nonton. Tapi
aku malah ketiduran. Sial Sial Sial!!!”
Sentak Suasana kelas yang damai menjadi begitu mencekam bagi Roni.
Tampaknya Roni menyadari perbuatannya yang bodoh dan membuat teman
temannya kecewa. Ia berkeringat dingin dan tampak pucat. Ia berusaha
keluar ruangan. Namun, salah satu temannya menutup dan mengunci semua
jendela juga pintu. Ia hanya bisa menelan ludahnya. Dan Allahu’alam.
Terdengar suara gaduh dari ruang kelasnya. Ketepak Puk bang beng dar!
Suara demi suara beruntun menghujam. Suara yang begitu tak sedap
terdengar dari ruang kelas mereka. 5 menit waktu berlalu. Dan hasilnya,
Wajah Roni seperti buah anggur yang besar. Banyak bentolan terdapat di
wajahnya. Lalu orang luar menanyainya
“Yang besar itu dari mana kau dapat..?”
“Oh Yang ini..” Sambil menunjukkan benjolan di pipi kanannya yang begitu besar seperti kedondong.
“Ini kudapat dari Tinju naga Yamato (Ketua kelas)”
“Oh begitu ya. Kasian ya… Mau lagi nggak?”
“Haa… Maakasih”
Roni pingsan dan terlelap.